Ika Mayang Sari
13212574
4EA13 (Universitas Gunadarma)
Definisi Etika dan Bisnis sebagai sebuah profesi
DEFINISI
ETIKA BISNIS
Kita awali
pembahasan kita kali ini dengan definisi etika bisnis.
A.
Definisi Etika
dan Bisnis
-
ETIKA
Etika berasal dari Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul
dari kebiasaan" adalah sebuah
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7
Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika
dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara
lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.
Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Secara
metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.(https://id.wikipedia.org/wiki/Etika)
-
BISNIS
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu
organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa
Inggris business,
dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Secara
etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis"
sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata
bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan
yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar
tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling
luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia
barang dan jasa. Namun definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi
bahan perdebatan hingga saat ini.
Dari kedua pengertian tersebut Pertama adalah kata etika,
Menurut bahasa Yunani, kata etika berawal dari kata ethos yang memiliki arti
sikap, perasaan, akhlak, kebiasaan, watak. Kata
kedua adalah bisnis, yang diartikan sebagai suatu usaha. Jika kedua kata
tersebut dipadukan, yaitu etika bisnis maka dapat didefinisikan sebagai suatu
tata cara yang dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan berbisnis.
Dimana dalam tata cara tersebut mencakup segala macam aspek, baik dari
individu, institusi, kebijakan, serta perilaku berbisnis.
Pengertian
Etika Bisnis dan Cara Penyusunannya. Untuk menyusun etika bisnis yang bagus,
maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini, yaitu tentang pengendalian
diri, pertanggungjawaban sosial, menjadikan persaingan secara sehat, penerapan
konsep yang berkelanjutan, dapat mempertahankan keyakinannya, konsisten dengan
sebuah aturan yang sudah disepakati bersama, penumbuhan kesadaran serta rasa
memiliki dengan apa yang sudah disepakati, menciptakan suatu sikap untuk saling
percaya pada antar golongan pengusaha, serta perlu diadakannya sebagian dari
etika bisnis untuk dimasukkan dalam hukum yang dapat berupa suatu
perundang-undangan.
B.
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1.
Pengendalian diri
2.
Pengembangan
tanggung jawab social (social responsibility)
3.
Mempertahankan jati
diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
4.
Menciptakan
persaingan yang sehat
5.
Menerapkan konsep
“pembangunan berkelanjutan”
6.
Menghindari sifat 5K
(Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7.
Mampu menyatakan
yang benar itu benar
8.
Menumbuhkan sikap
saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9.
Konsekuen dan
konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10.
Menumbuhkembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11.
Perlu adanya sebagian
etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan
perundang-undangan.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika
bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur
oleh hukum,bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
C. Etika moral,
Hukum, dan Agama
-
Moral berasal dari
kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti adat atau cara
hidup. Moralitas (dari kata sifat latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan moral. Hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara
tentang moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya,. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
-
Sebagaimana
didefinisikan dalam oxford english dictionary, hukum adalah kumpulan aturan,
baik sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, dimana suatu
negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai anggota atau sebagai
subjeknya. Hukum ada (baik dibuat ataupun lahir dari masyarakat) pada dasarnya
berlaku untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman dan
ketertiban. Pada dasarnya hukum bertujuan untuk mencapai kepastian hukum, yaitu
untuk mengayomi masyarakat secara adil dan damai sehingga mendatangkan
kebahagiaan bagi masyarakat.
-
Agama [Sanskerta, a
= tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan
peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio [dari religere,
Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama
adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya
dengan Ilahi.
Secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal
dan menyembah Ilahi [yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta
kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia]; upaya tersebut dilakukan
dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap
penyataan TUHAN Allah. Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal
TUHAN Allah, maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka
mengenal dan menyembah-Nya. Jadi, agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah.
Makna yang khusus inilah yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.
v
Jadi antara etika
moral, hukum, dan agama berbicara
tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya,
artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran
serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama
mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam
kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah
jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi
kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan
jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh
kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang
erat saling menguntungkan.
Moral lahir dari orang yang memiliki dan
mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam
melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang
mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam
melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan
bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh
pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan
ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya moral, hukum dan agama dalam dunia bisnis
serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan
dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun
selanjutnya dapat diatasi.
D.
Klasifikasi Etika
Menurut
buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H.,
M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi :
1.
Etika Deskriptif
Etika
deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku
manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola
perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada situasi dan kondisi yang telah
membudaya di masyarakat secara turun-temurun.
2.
Etika Normatif
Etika
normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau massyarakat sesuai dengan norma
dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan
perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi
avuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
3.
Etika Deontologi
Etika
deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk
berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku kehidupan. Bukan hanya
dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulakan oleh sesuatu kegiatan atau
aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat
kebaikan terhadap masyarakat atau pihak lain.
4.
Etika Teleologi
Etika
Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para
pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya
sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik.
Baik ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait, maupun dilihat dari
kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompollan menjadi dua macam yaitu
:
v
Egoisme
Egoisme yaitu etika yang baik menurut pelaku saja,
sedangkan bagi yang lain mungkin tidak baik.
v
Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak,
artinya semua pihak baik yang terkait langsung maupun tidak langsung akan
menerima pengaruh yang baik.
5.
Etika Relatifisme
Etika
relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung perbedaan
kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau global. Etika
ini hanya berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan
adat istiadat lokal, regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan
demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat yang bersifat global.
E.
Konsepsi Etika
Konsep etika
bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan). Menurut Kotler
(1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan yang mencakup
pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh jajaran
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian, berbicara,
melayani tamu dan pengaturan kantor.
Dasar
pemikiran:
Suatu
perusahaan akan memiliki hak hidup apabila perusahaan tersebut memiliki pasar,
dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi pekerjaannya.
Agar
perusahaan tersebut mampu melangsungkan hidupnya, ia dihadapkan pada masalah:
-
intern,misalnya
masalah perburuhan
-
Ekstern,misalnya
konsumen dan persaingan
-
Lingkungan,
misalnya gangguan keamanan
Pada
dasarnya ada 3 hal yang dapat membantu perusahaan mengatasi masalah di atas
yaitu:
-
Perusahaan
tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru.
-
Mampu
menemukan yang terbaik dan berbeda
-
Tidak
lebih jelek dari yang lain
Untuk
mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai yang tercermin pada:
-
Visi
-
Misi
-
Tujuan
-
Budaya
organisasi
BUDAYA
ORGANISASI
Pada
budaya organisasi terdapat unsure memecahkan masalah baik internal maupun
eksternal organisasi budaya tersebut dapat ditafsirkan secara mendalam,
mempunyai persepsi yang sama, pemikiran yang sama, dan perasaan yang sama.
FUNGSI
DAN MANFAAT BUDAYA PERUSAHAAN
1.
Fungsi
menentukan
maksud dan tujuan organisasi dengan fungsi tersebut organisasi akan mengikat
anggotanya.
2.
Manfaat
a. mampu memecahkan masalah intern
b. mampu memecahkan masalah ekstern
c. mampu memiliki daya saing
d. mampu hidup jangka panjang
KUNCI
MEMBANGUN BUDAYA PERUSAHAAN
1.
Memahami
proses terbentuknya budaya perusahaan yang Alamiah dan Konseptual
sumber budaya
perusahaan adalah :
· karakteristik pemimpin
· jenis pekerjaan
· cara memecahkan masalah
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya perusahaan.
a.
Nilai
b.
Ideologi
c.
Norma
3. Langkah-langkah membangun budaya perusahaan:
a. menemukan masalah dalam organisasi
b. menemukan opini yang berkembang
c. menganalisis opini dari:
- lingkup
- pemunculan
- kompetensi
- mutu
- kadar
4.
Menentukan strategi
5.
Membuat program
6.
Merumuskan pesan yang dapat mengubah
a. opini negatif menjadi positif
b. opini positif menjadi lebih positif
7.
menciptakan opini baru yang positif tercermin pada:
a. individul image
b. unit image
c. coorporate
8.
Budaya perusahaan dapat dibagi menjadi:
a.
Pertama : Produk
b.Kedua : Organisasi
-
Perhatian pada karyawan (suasana, keejahteraan)
-
Perhatian pada tata kerja
-
Menyangkut pada sistem dan prosedur aturan-aturan kerja
-
Perhatian pada sarana/peralatan
F.
Kesimpulan
Kajian
ini menggugah kesadaran kita bahwa keberhasilan bisnis dan manajemen tidak
hanya ditentukan oleh keberhasilan material berupa keuntungan dan pertumbuhan perusahaan.
Kenyataan membuktikan bahwa lingkup kegiatan bisnis dan manajemen tidak hanya
menyangkut lingkup ekonomi dan manajemen secara murni, melainkan menyentuh juga
aspek-aspek manusiawi dan etika. Oleh karena itu dalam setiap keputusan dan
tindakan bisnis, aspek-aspek manusiawi dan etika tersebut ikut berperan di
dalamnya.
Sejalan dengan
peran etika yang semakin penting dalam bisnis modern, maka para praktisi bisnis
harus melihat bahwa mereka memiliki peran yang sangat strategis dalam
menyelaraskan wajah dunia bisnis kita di masa depan. Semakin aspek-aspek
manusiawi dan etis diperhatikan dalam kegiatan bisnis, maka masyarakat dan
budaya kita juga akan menjadi semakin etis dan bermoral seperti yang
diharapkan.
SUMBER:
Buku “ HUKUM DAN ETIKA
BISNIS” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M tahun 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar