Nama:
Ika Mayang Sari
Kelas:
4EA13
NPM:
13212574
MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER
NILAI ETIKA DAN FAKYOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
a.
IMMORAL MANAJEMEN
Immoral
manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip
etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali
tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan
dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini
selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai
batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
b.
AMMORAL MANAJEMEN
Tingkatan
kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral
manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen
seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada
dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak
sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah para
manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang
diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada
pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan
apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer
tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa
keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak.
Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum yang
berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas. Kedua,
tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara sengaja
melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka,
misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini
terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita,
tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari
pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
Widyahartono
(1996:74) mengatakan prinsip bisnis amoral itu menyatakan “bisnis adalah bisnis
dan etika adalah etika, keduanya jangan dicampur-adukkan”. Dasar pemikirannya
sebagai berikut :
Bisnis
adalah suatu bentuk persaingan yang mengutamakan dan mendahulukan kepentingan
ego-pribadi. Bisnis diperlakukan seperti permainan (game) yang aturannya sangat
berbeda dari aturan yang ada dalam kehidupan sosial pada umumnya. Orang yang
mematuhi aturan moral dan ketanggapan sosial (sosial responsiveness) akan
berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah persaingan ketat yang
tak mengenal “values” yang menghasilkan segala cara.
Kalau
suatu praktek bisnis dibenarkan secara legal (karena sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku dan karena law enforcement-nya lemah), maka para penganut bisnis
amoral itu justru menyatakan bahwa praktek bisnis itu secara “moral mereka”
(kriteria atau ukuran mereka) dapat dibenarkan. Pembenaran diri itu merupakan
sesuatu yang ”wajar’ menurut mereka. Bisnis amoral dalam dirinya meskipun
ditutup-tutupi tidak mau menjadi “agen moral” karena mereka menganggap hal ini
membuang-buang waktu, dan mematikan usaha mencapai laba.
c.
MORAL MANAJEMEN
Tingkatan
tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah
moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas
diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan
aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis
yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi,
sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi dari apa
yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang bermoral selalu melihat dan
menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan, kebenaran, dan
aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis
yang diambilnya.
d. AGAMA, FILOSOFI, BUDAYA DAN
HOKUM
Agama, sumber
dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang absolut.
Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber dari
agama. Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap agama mengandung ajaran
moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para penganutnya. Pada
umumnya, kehidupan beragama yang baik akan menghasilkan kehidupan moral
yang baik pula. Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya
hubungan erat antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan
ajaran agama dengan pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk,
slah-benar, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan
tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah
sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil
(Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula
etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat
dalam Al-Qur’an.
Filosofi, Salah
satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut
bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah
diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat
komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para
fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke tahun Di
Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika zaman
Yunani kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya
bahwa manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan
peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan
dan sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya
dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes percaya bahwa kebaikan
berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur,
dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang
membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. : “Kenalilah
dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral
lebih inggi daripada hukum manusia.
Budaya, Referensi
penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis adalah
pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun
budaya yang bersumber dari berbagai negara (Cracken, 1986). Budaya yang
mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturan-aturan dan
standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu
dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok
atau suatu komunitas yang lebih besar. Budaya adalah suatu sistem nilai
dan norma yang diberikan pada suatu kelompok atau komunitas manusia dan
ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai landasan dalam kehidupan
(Rusdin, 2002).
Hukum, dalah
perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan
ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba
mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap
bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti
ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
e. LEADERSHIP
Leadership dalam bisnis sangat
diperlukan karena berpengaruh dalam perkembangan bisnis yang dilakukan. Bahkan
ada yang mengatakan bahwasanya leadership atau kepemimpinan merupakan sebuah
karakter utama yang diperlukan dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena peran
kepemimpinan berpengaruh terhadap jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan.
Tidak setiap orang memiliki leadership yang baik. Namun ada pula orang yang
sejak masih kecil sudah terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya seiring
perkembangannya ia pun terbiasa mengatur dan membuat keputusan yang berpengaruh
pada sekitarnya. Hal ini sangat memiliki peran penting dalam dunia bisnis.
Dunia bisnis tidak selamanya berjalan mulus. Adakalanya bertemu masalah yang
harus diselesaikan dengan berbagai risiko. Nah, disinilah
peran penting seorang pemimpin akan membawa pengaruh.
Jiwa
Leadership Berperan Menyelesaikan Masalah
Tidak
sedikit permasalahan yang harus dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan
bisnis. Peran penting seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk
menyelesaikannya. Tidak sekedar hadirnya seorang pemimpin namun yang
benar-benar memahami bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu
juga tetap mampu mendorong para bawahan atau anak buah untuk tetap bersemangat
dalam menyelesaikan pekerjaan. Jiwa kepemimpinan memang tidak selalu harus
dimiliki pemimpin perusahaan tersebut. Namun setiap orang yang memperoleh
tanggung jawab membawahi orang lain maka perlu meningkatkan kemampuan
leadership-nya. Hal ini diperlukan untuk mengelola bagaimana kerjasama antar
anak buah atau rekan kerja. Selain itu juga harus menemukan formula yang tepat
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dan hal tersebut bisa dipahami dan
dilakukan oleh anak buah dengan baik.
Kriteria
Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Ada
beberapa kriteria orang-orang yang memang memiliki jiwa kepemimpinan atau
leadership. Mungkin anda memiliki salah satu diantaranya atau mungkin semuanya
dari tiga kriteria berikut ini yaitu :
- Mampu memberikan inspirasi dan
memberikan motivasi kepada orang lain misalnya kepada bawahan.
- Memiliki kemampuan yang membuat
orang lain merasa segan sehingga ketika berada dalam sebuah organisasi
maupun perusahaan ia pun disegani baik oleh rekan kerja maupun rekan
bisnis.
- Memiliki kewibawaan dan
kebijaksanaan sehingga selain mampu menyelesaikan masalah juga tetap
disegani oleh para bawahan.
Bakat
Kepemimpinan Bisa Dikembangkan
Setiap
orang sebenarnya memiliki bakat kepemimpinan. Namun kesuksesannya tentu tinggal
bagaimana masing-masing orang tersebut mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Pada dasarnya seorang pemimpin akan memberikan pengaruh terhadap orang-orang
yang dipimpinnya. Artinya bagaimana pengaruh pemimpin perusahaan terhadap perusahaannya
tersebut bisa dilihat bagaimana perkembangan perusahaan atau organisasi yang
dipimpinnya tersebut. Apakah perusahaan mampu memiliki prestasi yang baik
misalnya memberikan banyak keuntungan atau justru mengalami kerugian.
Keberhasilan atau kegagalan bisnis perusahaan pasti akan berkaitan dengan
pemimpin yang bersangkutan. Dengan demikian leadership dalam
bisnis merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena perannya
tidak bisa dianggap sebelah mata.
f. STRATEGI DAN PERFORMANCE
MANAJEMEN
• Compliance
Management . Pemenuhan atas semua aturan atau regulasi akan memberikan
suatu tekanan baru untuk mencari metoda-metoda yang lebih baik, misalnya untuk
mengakses berbagai kebijakan dan proses, mulai dari bagian keuangan hingga
operasional. Penilaian terhadap pemenuhan regulasi itu ( compliance
assessment ) akan sangat membutuhkan sistem-sistem yang
mengotomatisasikan review dan analisis secara manual, dan
proaktif dalam pemantauan berbagai kegiatan dan proses bisnis, yang pada
akhirnya akan menurunkan biaya audit. Hubungan yang efisien antara orang dan
proses sangat perlu diterapkan dalam suatu perusahaan, terutama untuk
kepentingan pemenuhan regulasi, dan juga jika menerapkan suatu sistem dan
teknologi informasi yang baru.
• Profitability
Management. Dorongan untuk mengelola biaya dan mengoptimalkan
pendapatan akan lebih menajamkan fokus perhatian perusahaan terhadap
peningkatan profitabilitas di perusahaan secara keseluruhan. Pengaruh keuangan
di luar prosesbudgeting akan menciptakan suatu ketegasan baru dalam
berbagai bentuk profitabilitas, termasuk di dalamnya, keuntungan yang diperoleh
dari pelanggan, produk, operasi dan bagian keuangan. Karenanya,
perusahaan-perusahaan perlu mengembangkan suatu fondasi BI ( business
intelligence ) yang kuat untuk mendukung berbagai aplikasi dan sistem,
khususnya untuk kepentingan profitability management .
• Process
Improvement. Perusahaan-perusahaan juga semakin dituntut untuk lebih
fokus dalam menilai dan meningkatan proses-proses operasional yang telah dimiliki,
sebelum Anda mengotomatisasikannya dengan menerapkan sistem ERP ( enterprise
resource planning ) atau CRM ( customer relationship
management ). Meski disadari, bahkan mengukur, memantau dan
meningkatkan kinerja berbagai proses bukanlah suatu hal yang mudah untuk
dilakukan, tetapi hal itu sangat penting dalam penerapan performance
management .
• Cost
Management. Menghindari dan mengurangi biaya agar dapat memenuhi
persyaratan keuangan dan perusahaan seharusnya menjadi bagian dari proses
operasional standar. Bisnis harus selaras dengan proses-proses operasional dan
mendukung peningkatan efisiensi. Untuk itu, TI harus terus-menerus melakukan
konsolidasi terhadap tawaran vendor agar dapat memenuhi tujuan-tujuan
pengelolaan biaya yang telah ditetapkan. Meningkatkan pemanfaatan investasi
yang telah dilakukan dalam CRM dan ERP dan juga melakukan penilaian dan
pengintegrasian semua aset data menjadi suatu informasi yang kontekstual,
relevan dan tepat. Hal ini, tentu, sangat penting dalam menjalankan performance
management .
• Performance
Improvement. Tujuan utama performance management adalah
meningkatkan hasil-hasil bisnis, namun kenyataannya tak banyak perusahaan yang
benar-benar telah menerapkan performance management proces s
sebagai suatu bagian penting dalam semua kegiatan bisnis mereka sehari-hari.
Melakukan penilaian dan memperbaiki berbagai proses bisnis, sehingga dapat
lebih efisien dan efektif, sangat membutuhkan penyelarasan antara informasi dan
sistem. Kurangnya dukungan dalam menghubungkan antara strategi, perencanaan dan
eksekusinya di hampir semua perusahaan masih menjadi suatu kendala utama untuk
merealisasikan peningkatan performansi secara optimal.
•
Business Innovation. Mentransformasikan atau menerapkan
berbagai proses bisnis yang inovatif, agar dapat lebih kompetitif, seharusnya
lebih diprioritaskan. Sayangnya, umumnya aset dan ide-ide di perusahaan tak
dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai (value ) perusahaan.
Karenanya, pengelolaan berbagai proses bisnis harus dioptimalkan untuk
bagaimana memanfaatkan TI dan sistem informasi untuk memunculkan berbagai
inovasi bisnis yang baru, dan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
setiap perusahaan. Salah satu peluang terbesar yang belum banyak dimanfaatkan
adalah bagaimana meningkatkan ide-ide dan pengetahuan untuk mentransformasikan
berbagai proses bisnis ke dalam suatu inovasi yang terus menerus dilakukan.
g. KARAKTER INDIVIDU
Setiap
individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
yang dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor
biologis maupun sosial psikologis. Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa
kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk
karena dua faktor yang terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan
kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya masing-masing. Namun
setelah disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang atau
apa yang dirasakan oleh siapapun merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang
ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang
anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia 4-6 tahun.
Tanpa memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan
kebiasaan-kebiasaan yang dibawa ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh
lingkungan dan hal itu tampak sebagai pengaruh penting terhadap keberhasilannya
di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kemudian hari.
Nature dan nurture merupakan
istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal
fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik
yang berhubungan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat
tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang
bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan
ibu. Saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu
mengembangkan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia
yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut bisa membentuk pola karakteristik tingkah
laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik
bebrbeda dengan individu-individu yang lainnya.
h. BUDAYA PERUSAHAAN
Pengetian
Budaya Perusahaan
Budaya
adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengetian dan cara
berpikir yang dipertemukan oleh para anggota orgaanisasi dan diterima oleh
anggota baru seutuhnya. (W. Jack Duncan dalam “Organizational Culture: Getting
a Fix on an Elusive Concept”, Academy of Managemenr Executive 3 – 1989).
Berikut
10 karakteristik Budaya Organisasi :
1.
Inisiatif individual
Definisi
inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility),
kebebasan (freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki
setiap individu dalam berpendapat. Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya
menghargai dan memang perlu dihargai inisiatif individu dalam suatu organisasi
selama ide dan inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan mengembangkan
organisasi atau perusahaan.
2.
Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Setiap
pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas batas dalam
bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang
baik adalah sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para
pegawai dalam bertindak inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan
organisasi atau perusahaan serta mendorong untuk berani dalam mengambil risiko
terhadap apa yang akan dilakukannya.
3.
Pengarahan
Pengarahan
dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat dengan jelas
sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut haruslah
secara jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi).
Keadaan yang seperti ini akan memberikan pengaruh terhadap kinerja
organisasi/perusahaan.
4.
Integrasi
Integrasi
dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan dalam
memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau
perusahaan untuk bekerja dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja
yang kompak dan terkoordinasi dengan baik dapat mendorong kualitas dan
kuantitas pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
5.
Dukungan manajamen
Dukungan
manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang kemampuan tingkat manajer
dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca pengertian
komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam bentuk
dukungan, arahan ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan adanya
dukungan manajemen yang komunikatif, sebuah perusahaan atau organisasi dapat
berjalan dengan mulus.
6.
Kontrol
Kontrol
dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah peraturan
atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena
itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam
suatu organisasi.
Identitas
dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu
organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu
kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau
keahlian profesional tertentu.
8.
Sistem Imbalan
Sistem
imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti
pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya
haruslah berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat
tidak diperbolehkan atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas,
pilih kasih dan hal hal lain yang berbau korupsi (baca pengertian korupsi).
Sistem imbalan dapat memberikan boost atau dorongan terhadap prestasi kerja dan
memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal sesuai
keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi.
9.
Toleransi terhadap Publik
Dalam
budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering terjadi
dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan
sebagai upper manajement untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk
melakukan perbaikan serta perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Toleransi terhadap konflik harus dimediasi oleh pimpinan atau karyawan superior
sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling menyerang.
10.
Pola komunikasi
Pola
komunikasi dalam perusahaan atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat
perkembangan organisasi karena tidakadanya hubungan emosional yang kental
terhadap bawahan dan atasan dalam organisasi. Ada lima pola kinerja komunikasi
yaitu personal, passion, sosial, organizational politics, dan
enkulturasi.
SUMBER:
Budaya
Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan oleh Drs.H.Moh.Pabundu Tika, M.M
tahun 2010. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Budi
Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi
Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar